Catatan Perjalanan :
16.
Menyeberang Ke Patung Liberty
Setiba
di Times Square di hari kedua ini, kami langsung masuk ke gedung visitor
center. Di dalam ruangan ini kami dapat memperoleh informasi
apa saja tentang wisata kota New York. Di sini pula kami membeli
tiket wisata kota yang salah satunya dilayani oleh perusahaan
Grey Line. Tiketnya cukup mahal, yaitu US$59 untuk orang dewasa
dan US$39 untuk anak-anak.
Dengan
paket wisata seharga itu kami dapat keliling kota New York selama
dua hari penuh siang maupun malam sepuas-puasnya, termasuk
mengunjungi patung Liberty, naik ke puncak menara Empire State
dan gedung pencakar langit World Trade Center. Dari pagi hingga
malam, bis-bis tingkat (double decker) yang di dek atasnya
terbuka tanpa atap, berjalan mengelilingi kota New York, tepatnya
wilayah Manhattan.
Bis
wisata ini akan berhenti di banyak tempat pemberhentian yang
telah ditentukan. Berbekal peta perjalanan yang disediakan, kami
tinggal memilih dimana ingin berhenti dan kapan ingin naik lagi
menuju ke tempat-tempat lain di sepanjang rute yang dilalui oleh
bis wisata yang berjalan setiap 15 menit ini. Cukup luwes guna
mengatur tempat tujuan dan waktunya.
Ada
dua macam perjalanan wisata, siang dan malam. Untuk perjalanan
siang itu kami langsung memutuskan untuk mengunjungi patung
Liberty sebagai prioritas tujuan pertama. Ini mempertimbangkan
lokasinya yang berada paling jauh, karena harus naik ferry
menyeberang ke pulau kecil di sungai Hudson, sehingga perlu
mengalokasikan waktu lebih lama.
Sekitar
jam 10:30 pagi kami baru mendapat giliran untuk naik bis wisata.
Anak-anak spontan meminta untuk duduk di dek atas. Memang ini
pilihan tepat di saat hawa panas di musim panas. Meskipun tanpa
atap, tapi justru dapat memperoleh udara segar. Untungnya
kepadatan kota ini tidak diperburuk dengan polusi udara yang tak
terkendali, setidak-tidaknya di wilayah Manhattan ini, sehingga
berada di udara terbuka pun terasa enak.
***
Bis
wisata menyusuri rute tengah kota dengan berjalan perlahan-lahan.
Sepanjang perjalanan pemandu wisata menjelaskan segala macam
kisah dan sejarah, dari apa saja yang terlihat dari bis. Seperti
tidak kehabisan ide dan kata-kata untuk berceritera mulai dari
gedung bertingkat, jalan, jembatan, toko, restoran, dsb. Saya
maklum, itu semua mampu dilakukannya karena mereka telah
mengulanginya ribuan kali, setiap hari hingga sepanjang tahun.
New York memang tidak pernah sepi dikunjungi wisatawan dari
seluruh dunia sepanjang tahun.
Sekitar
45 menit sibuk tolah-toleh kiri-kanan atas-bawah di dek atas bis
wisata, seperti sedang tenggelam di sela-sela gedung-gedung
tinggi, akhirnya tiba di Battery Park. Battery Park adalah sebuah
taman di pinggir pantai barat daya di mana terdapat pelabuhan
tempat penyeberangan ferry menuju pulau Liberty, pulau
Ellis dan tempat-tempat lainnya.
Dari
jauh sudah kelihatan sosok patung Liberty yang tegak berdiri di
pulau Liberty. Saat itu di tempat penyeberangan sudah bergerombol
antrian panjang para wisatawan yang juga ingin mengunjungi patung
Liberty. Tidak ada pilihan lain, selain menyambung di ujung
antrian untuk menunggu giliran naik ferry.
Saat musim
liburan musim panas seperti kali ini, seharusnya kami berangkat
lebih awal, karena waktu yang diperlukan untuk antri saat
berangkat naik ferry, antri naik ke atas patung dan antri
lagi saat kembali naik ferry, bisa berjam-jam. Paling
tidak, sejak tiba di Battery Park kami perlu waktu lebih satu jam
berpanas-panas antri naik ferry. Sambil berdiri dan
sesekali jongkok di antrian, tampak banyak pedagang asongan yang
umumnya orang kulit hitam sedang menawarkan barang dagangannya.
Barang yang
ditawarkan bermacam-macam, selain cendera mata juga ada yang
menawarkan jam tangan Rolex atau kaca mata Rayban seharga US$10.
Bahkan bisa lebih murah kalau berminat menawarnya. Sangat murah
untuk ukuran merk barang yang disandangnya. Tentu saja setiap
orang maklum untuk tidak perlu menanyakan keasliannya.
Ada juga
mereka yang mengamen dengan cara memamerkan keahliannya dalam
berakrobatik dan berolah tubuh. Setelah itu mereka meminta para
penonton untuk menyumbangkan uang recehnya. Sukarela tentunya.
Setelah
naik ferry sekitar 15 menit, kami berlabuh di pulau
Liberty. Mulailah berjalan berkeliling di pelataran patung
Liberty yang resminya kompleks taman ini disebut dengan Statue of
Liberty National Monument. Berdiri di bawah patung yang menjulang
setinggi 93 m, dengan tinggi patungnya sendiri 46 m, terasa benar
betapa besar dan kokohnya patung yang terbuat dari cetakan
tembaga yang melingkupi kerangka besi ini. Kini patung Liberty
tampak berwarna kehijau-hijauan akibat dari proses oksidasi dari
bahan tembaganya, mewarnai tampilan khasnya.
Patung
Liberty yang menjadi simbol kebebasan bagi dunia ini berupa
seorang wanita berkain selendang mengenakan mahkota di kepalanya,
dengan tangan kanannya mengacung memegang obor dan tangan kirinya
memegang buku. Tujuh cahaya yang memancar dari mahkotanya
melambangkan tujuh samudra dan tujuh benua (tepatnya adalah tujuh
daratan dunia). Pada mahkotanya terdapat 25 lubang jendela yang
melambangkan 25 macam batu permata yang ditemukan di dunia. Pada
buku yang dipegangnya tertulis dalam tulisan Latin berbunyi : 4
Juli 1776.
Demikian
antara lain makna yang dimaksudkan oleh perancangnya, seorang
pematung Perancis bernama Frederic-Auguste Bartholdi. Nyala api
obornya kini telah diperbarui dengan lapisan emas 24 karat
sebagai pengganti atas nyala api aslinya yang telah terkorosi.
Fredeic
Bartholdi yang lahir di Colmar, Perancis, pada 2 Agustus 1834 dan
meninggal tahun 1904, sang perancang patung, menggunakan ibunya
sendiri sebagai model patung Liberty. Bartholdi telah mencurahkan
20 tahun dari sebagian hidupnya untuk mewujudkan impiannya
membuat monumen Liberty ini. Ini tentu bukan pekerjaan iseng dari
seseorang yang tinggal di tempat yang jauh dari Amerika. Terbukti
dia kemudian sibuk mencari dukungan kesana-kemari guna mewujudkan
impiannya.
Tahun 1869 Bartholdi mulai mencorat-coret rancangannya. Tahun 1875 terbentuk lembaga penyandang dana di bawah Union Franco-Americaine. Tahun 1878 hingga 1884 dilakukan pekerjaan pertukangan pembuatan patung dari bahan tembaga di Paris, Perancis. Pekerjaan perancangan rangka besinya dikerjakan oleh Gustave Eiffel, sebelum merancang menara Eiffel di Paris, Perancis.
Setelah
digotong dengan kapal menyeberang samudra Atlantik, maka pada
tanggal 4 Juli 1884 (bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Amerika),
berdirilah patung ini di pulau Bedloes yang luasnya sekitar
48,500 m2. Sejak tahun 1956 pulau ini dikenal dengan nama pulau
Liberty. Akhirnya baru pada tanggal 28 Oktober 1886, patung ini
diresmikan setelah didahului dengan penyematan tanda warga
kehormatan New York bagi Bartholdi.
Sekalipun
dilatarbelakangi oleh semangat bersatunya bangsa Perancis dan
Amerika setelah periode Revolusi Amerika, entah apa yang
mengilhami dan mendorong Bartholdi untuk mewujudkan impiannya
itu. Sehingga bangsa Perancis suka rela menyumbangkan uangnya
untuk sebuah patung yang kelak akan dipasang di sebuah negeri di
seberang samudra Atlantik. Sebuah patung yang mereka sebut
Liberty Enlightening the World. Dan kini, lebih dari
dua juta orang setiap tahunnya mengunjungi patung ini.
***
Bangunan
di bagian bawah dari tempat patung Liberty berdiri, berarsitektur
bentuk benteng Amerika yang di dalamnya juga dibangun fasilitas
museum. Selain ada sarana lift untuk mendaki ke atas
patung, juga tersedia 354 anak tangga. Pada saat kami menaiki
patung ini, para pengunjung hanya diperbolehkan mencapai setengah
ketinggian, yaitu di bagian puncak landasannya atau di bagian
dasar patungnya.
Kenampakan
patung menjadi tidak indah dari sini, lha wong tepat
berdiri di bawah benda raksasa. Melainkan sejauh mata memandang,
tampak pemandangan indah sungai Hudson dengan latar belakang
gedung-gedung menjulang tinggi di Manhattan dan kota Jersey City
di wilayah negara bagian New Jersey.
Selain
dicapai dari Battery Park di Lower Manhattan (istilah untuk
menyebut wilayah Manhattan sebelah selatan), Pulau Liberty dapat
juga dicapai dari Liberty State Park di Jersey City. Dari kedua
pelabuhan ferry ini, para wisatawan selain menuju ke pulau
Liberty juga dapat mengunjungi pulau tetangganya yaitu pulau
Ellis. Pulau Ellis ini pernah menjadi pelabuhan pendaratan dari
kaum immigran pada tahun 1892 1954.
Sekitar
jam 4:00 sore, kami baru meninggalkan patung Liberty. Kembali
kami harus berada di antrian panjang sebelum dapat menyeberang
kembali ke Battery Park. Setiba di Battery Park, kami masih harus
antri lagi menunggu bis wisata yang sore itu ditunggu banyak
orang yang baru kembali dari pulau Liberty.
Berada di tengah
kerumunan orang banyak untuk tujuan yang sama memang terasa sumpek
dan tidak menyenangkan. Akan tetapi adanya kesadaran setiap orang
untuk antri tanpa perlu ada petugas atau tulisan yang
menyuruhnya, ternyata dapat menjadi solusi yang enak. Bersama
anak-anakpun menjadi tidak perlu khawatir berdesak-desakan.-
(Bersambung)
Yusuf Iskandar
Patung
Liberty di pulau Liberty
Patung
Liberty simbol kebebasan dunia.